Peneliti Kembangkan Studi Manfaat Ekstrak Kakao Dalam Suplemen
Peneliti terkini menemukan bahwa suplemen berbasis ekstrak kakao punya potensi tidak hanya sebagai pelengkap nutrisi, tetapi sebagai agen anti-peradangan yang bisa memperlambat proses penuaan dan meningkatkan kesehatan jantung.
Penelitian yang dikutip dalam laporan Antara News memperlihatkan bahwa flavanol dalam kakao bisa memainkan peran penting di dalam tubuh, terutama pada usia lanjut.
Dr. Howard Sesso, penulis korespondensi dalam studi tersebut, menyatakan bahwa hasil penelitian memperkuat pentingnya pola makan berbasis tanaman (plant-based diet) yang kaya akan ragam makanan nabati dan berwarna-warni, sebagai strategi untuk mengurangi peradangan.
Produk kakao, khususnya ekstraknya, ialah salah satu bahan yang mendapat sorotan karena kandungan flavanollanya yang tinggi. Flavanol adalah zat antioksidan yang dikenal mampu mengurangi peradangan, membantu mencegah pembekuan darah, dan memperbaiki fungsi pembuluh darah.
Studi ini termasuk bagian dari uji coba jangka panjang yang dikenal sebagai COSMOS, yang dijalankan oleh Rumah Sakit Brigham (Brigham and Women’s Hospital). Fokusnya adalah bagaimana suplementasi ekstrak kakao bisa memengaruhi kesehatan kardiovaskular dan mengendalikan peradangan kronis tingkat rendah, jenis inflamasi yang sering kali terdorong oleh penuaan dan menjadi faktor risiko berbagai penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, stroke, dan lain-lain.
Dalam penelitian tersebut, tim ilmuwan meneliti 598 peserta berusia 60 tahun ke atas. Para peserta dibagi dalam kelompok yang dikonsumsi suplemen ekstrak kakao dan kelompok plasebo, kemudian dipantau selama dua tahun.
Peneliti mengambil sampel darah secara berkala untuk mengukur beberapa biomarker inflamasi; termasuk protein pro-inflamasi, protein anti-inflamasi, serta sekutu lain dalam sistem imun tubuh.
Hasilnya menarik, satu protein pro-inflamasi yang diketahui berkaitan dengan risiko penyakit jantung, menunjukkan penurunan rata-rata 8,4 persen per tahun pada kelompok yang menggunakan ekstrak kakao dibandingkan plasebo.
Lebih jauh lagi, orang yang memakai ekstrak kakao tersebut memiliki risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular sekitar 27 persen lebih rendah dibanding mereka yang tidak. Temuan ini membuka peluang bahwa suplementasi rutin ekstrak kakao mungkin bisa menjadi bagian dari strategi pencegahan penyakit kardiovaskular di usia tua.
Dr. Yanbin Dong, peneliti senior dalam studi ini, juga menyebut bahwa selain protein pro-inflamasi, mereka mengamati perubahan positif pada interferon-γ, sebuah sitokin yang terkait dengan respon imun. Sitokin ini biasanya diperlukan tubuh untuk mempertahankan sistem kekebalan yang baik.
Peningkatan interferon-γ ini membuka jalan bagi penelitian lebih lanjut, apakah ekstrak kakao tidak hanya meredakan inflamasi, tetapi juga mendukung imunitas tubuh secara keseluruhan.
Meski hasilnya menjanjikan, para peneliti menegaskan bahwa ekstrak kakao bukanlah “obat mujarab” yang menggantikan gaya hidup sehat. Dr. Sesso misalnya menyebut bahwa manfaat ekstrak kakao harus dijadikan pelengkap dari pola makan sehat, aktivitas fisik, manajemen stres, dan kebiasaan tidur yang cukup. Suplemen merupakan tambahan, bukan pengganti dari unsur-unsur kesehatan dasar.
Selain manfaat kardiovaskular dan peradangan, penelitian tersebut juga menekankan pentingnya penelitian lanjutan. Beberapa area yang masih perlu dieksplorasi antara lain dosis optimal ekstrak kakao, keamanan penggunaannya dalam jangka panjang, dan efek-efek samping yang mungkin muncul pada populasi dengan kondisi medis tertentu.
Penuaan tubuh tidaklah setara bagi semua orang, dan respons terhadap suplemen mungkin bervariasi tergantung genetik, kondisi kesehatan, dan pola makan masing-masing.
Rekomendasi dari studi ini juga menyarankan agar masyarakat melihat produk kakao kaya flavanol bukan hanya sebagai cokelat manis biasa, tetapi produk yang dijaga kualitasnya, ekstrak yang murni, diproses dengan baik agar flavanol tetap stabil, dan dikonsumsi dalam konteks keseluruhan diet yang seimbang.
Penggunaan kakao sebagai suplemen mungkin dapat dimanfaatkan di masa mendatang sebagai bagian dari suplemen anti-peradangan, khususnya bagi mereka yang sudah memasuki usia lanjut atau berisiko tinggi mengalami penyakit kardiovaskular.
Penemuan ini juga relevan dengan tren global yang semakin menyuarakan makanan fungsional (functional foods) dan suplemen alami sebagai bagian dari gaya hidup sehat. Banyak studi internasional yang mendukung bahwa flavonoid dan antioksidan dari sumber nabati sering kali berkontribusi dalam memperlambat proses penuaan seluler. Kakao, dengan kekayaan flavanolnya, tampaknya memiliki posisi khusus di antara bahan alami lainnya.
Singkatnya, studi baru ini memberikan harapan, suplemen ekstrak kakao dapat memperlambat peradangan kronis, membantu menjaga fungsi pembuluh darah, dan mungkin memperpanjang hidup sehat, terutama bagi orang tua.
Namun untuk benar-benar dapat dimanfaatkan secara aman dan efektif, masyarakat serta tenaga medis perlu menunggu hasil penelitian lanjutan yang memperjelas dosis, keamanan, dan dampaknya dalam jangka panjang.
Dengan demikian, ekstrak kakao menunjukkan dirinya bukan sekadar bahan makanan lezat, tetapi calon pemain penting dalam suplemen kesehatan. Bagi Anda yang mempertimbangkan penggunaan suplemen, penting untuk berkonsultasi dengan ahli gizi atau profesional medis terlebih dahulu agar manfaatnya optimal dan risiko minimal.
Source : Antara News
Penulis : Angela Augustine W.