Jogja Cultural Wellness Festival 2025: Ruang Penyembuhan dari Tradisi ke Harmoni
Jogja Cultural Wellness Festival (JCWF) akan digelar kembali pada 1–30 November 2025 di Daerah Istimewa Yogyakarta. Festival ini akan menghadirkan rangkaian pengalaman penyembuhan yang menyatukan keseimbangan tubuh, pikiran, dan jiwa dengan melibatkan berbagai komunitas lokal.
Ketua Panitia JCWF, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Bendara, dalam konferensi pers Wonderful Indonesia Wellness di Jakarta, Rabu (17/9), menyampaikan bahwa JCWF merupakan festival berbasis komunitas yang lahir dari kearifan lokal. Tahun ini, festival mengangkat tema “Wiroso, Wiromo, Wirogo” yang bermakna keseimbangan rasa, irama, dan raga.
“Festival ini lahir dari tradisi Jawa, kami hadirkan dalam kemasan yang bisa dinikmati masyarakat secara luas. Tujuannya agar pengunjung dapat merasakan langsung nilai budaya sekaligus menemukan ruang penyembuhan bagi diri mereka,” ujar GKR Bendara.Festival ini menyediakan lima jenis workshop dengan tiket harian seharga Rp500 ribu. Kapasitas setiap workshop bervariasi, mulai dari 500 peserta hingga 2.000 orang.
Workshop pertama adalah “Healthy Food dan Herbals”. Peserta akan diajak mengenal ramuan herbal tradisional, belajar meracik jamu, serta menikmati makan siang bersama yang menonjolkan menu sehat. Kegiatan kedua bertajuk “Eco-Friendly Living”, yang berfokus pada gaya hidup berkelanjutan. Isinya antara lain demonstrasi praktik ramah lingkungan, diskusi seputar energi terbarukan, serta pembahasan mengenai komunitas hijau.
Bagi yang tertarik pada sisi spiritual, tersedia workshop “Spiritual Wellness and Energy Healing”. Di sini, pengunjung dapat mengikuti meditasi, ritual budaya, serta perbincangan mengenai penyembuhan energi.
Berikutnya adalah “Natural Beauty, Family and Inner Child”. Workshop ini menghadirkan perawatan kulit alami, yoga keluarga, serta ritual budaya. Selain itu, tersedia ruang penyembuhan keluarga dan inner child yang digarap bersama psikolog. Tujuannya membantu generasi muda, khususnya milenial, dalam memulihkan trauma masa kecil maupun luka batin. Sebagai penutup, ada workshop “Harmony in Wellness”. Acara ini menggabungkan sesi penyembuhan dengan pertunjukan musik, seni, serta budaya yang dikemas megah sebagai akhir festival.
Lebih lanjut, GKR Bendara yang juga Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta menjelaskan bahwa wisata kebugaran di wilayahnya semakin berkembang. Banyak hotel dan pelaku pariwisata lokal kini aktif menghadirkan acara yang berhubungan dengan meditasi, yoga, hingga makanan sehat.
“Kolaborasi komunitas dengan pelaku industri pariwisata membuat ekosistem wellness di Yogyakarta semakin kokoh. Dari situ, wisata kebugaran dapat tumbuh lebih besar dan menarik minat wisatawan,” katanya. Selain dukungan komunitas, pemerintah daerah juga ikut berperan. Upaya promosi dilakukan bersama agen perjalanan dan pemangku kepentingan pariwisata. Dengan sinergi ini, Yogyakarta terus memperkuat posisinya tidak hanya sebagai kota budaya, tetapi juga destinasi wisata wellness yang otentik dan berakar pada tradisi lokal.
Source: Antara News
Penulis: Mahsya Alzahra Vania