IHA Dorong Pemanfaatan AI untuk Percepatan Pemugaran Candi dan Warisan Budaya
Direktur Eksekutif Museum dan Cagar Budaya Indonesia Heritage Agency (IHA), Indira Estiyanti Nurjadi, menyoroti pentingnya pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan (AI) dalam upaya pelestarian warisan budaya Indonesia.
“Saya harap ke depan AI ini bisa digunakan dalam konservasi heritage, terutama di bidang budaya,” ujarnya dalam temu media di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, Jumat.
Sebagai lembaga yang menangani museum serta cagar budaya, termasuk berbagai candi bersejarah, IHA menghadapi tantangan besar di lapangan. Salah satunya adalah semakin berkurangnya tenaga ahli pemugaran batu atau stone mason. Di Pulau Jawa saja, jumlah tenaga yang benar-benar kredibel diperkirakan tinggal kurang dari 20 orang.
Kondisi ini membuat proses pemugaran berjalan sangat lambat. Estiyanti mencontohkan bahwa satu candi kecil atau perwara bisa memakan waktu 10 bulan hingga satu tahun untuk direkonstruksi. Saat ini terdapat sekitar 200 perwara di Candi Plaosan dan 180 perwara di Prambanan yang masih berupa tumpukan batu dan menunggu proses penyusunan kembali.
Menurutnya, teknologi AI bisa menjadi solusi untuk mempercepat proses konservasi. AI dinilai mampu membantu mengidentifikasi jenis batu, memprediksi bentuk elemen yang sudah hancur, hingga memberi rekomendasi pola rekonstruksi dengan lebih cepat dan akurat.
“Secara matematis arsitek bisa menghitung, tapi menentukan jenis dan bentuk batu yang sudah hancur tentu lebih sulit. Dengan AI menurut saya itu bisa lebih cepat,” katanya.
Estiyanti berharap industri teknologi Indonesia dapat ikut menciptakan inovasi AI yang khusus ditujukan untuk konservasi benda budaya.
“Kalau ada 200 perwara, berarti butuh 200 tahun untuk menyelesaikannya. Masa sih dengan teknologi sekarang kita tidak bisa mempercepatnya? Saya harap industri AI bisa membantu konservasi candi-candi ini,” tuturnya.
Dengan dukungan teknologi, IHA berharap proses pemugaran warisan budaya bisa lebih efisien, akurat, dan tidak lagi bergantung pada jumlah tenaga ahli yang kian menipis.