Hari Pangan Sedunia 2025: Saatnya Bergandengan Tangan Demi Masa Depan yang Lebih Baik
Teman Voks, setiap tanggal 16 Oktober, dunia merayakan Hari Pangan Sedunia — momen tahunan yang mengingatkan kita betapa pentingnya akses terhadap pangan sehat dan bergizi untuk semua orang.
Tanggal ini dipilih karena bertepatan dengan berdirinya Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) pada tahun 1945, lembaga di bawah PBB yang jadi garda depan urusan pangan dunia.
Perayaan ini bukan sekadar seremoni global. Ia adalah seruan bersama untuk memastikan setiap manusia di bumi punya hak yang sama untuk tidak kelaparan. Tahun ini, tema yang diusung adalah “Bergandengan Tangan untuk Pangan yang Lebih Baik dan Masa Depan yang Lebih Baik.”
Lebih dari Sekadar Makan
Tema tahun ini mengingatkan bahwa pangan bukan cuma soal makan — tapi soal kehidupan, keadilan, dan masa depan bumi.
FAO merangkum pesan pentingnya dalam empat hal:
- Kerja sama global adalah kunci.
Dunia tak bisa melawan kelaparan sendirian. Pemerintah, akademisi, petani, hingga masyarakat sipil perlu bergandengan tangan. - Bangun sistem pangan berkelanjutan.
Artinya, pangan yang aman, bergizi, dan tidak merusak lingkungan harus jadi prioritas. - Akses pangan adalah hak semua orang.
Bukan hanya mereka yang mampu membeli, tapi juga masyarakat yang hidup di daerah terpencil dan rentan. - Refleksi 80 tahun FAO.
Tahun ini, FAO genap berusia delapan dekade — momen untuk menegaskan komitmen dunia dalam melawan kelaparan dan malnutrisi.
Masalah Lama, Wajah Baru
Meski banyak kemajuan, Teman Voks, data FAO tahun 2024 menunjukkan sekitar 735 juta orang di dunia masih hidup dalam kelaparan kronis. Lebih dari 2 miliar orang kekurangan gizi mikro.
Penyebabnya kompleks — mulai dari perubahan iklim, konflik geopolitik, pandemi, sampai krisis ekonomi global.
Negara-negara berkembang yang masih bergantung pada impor bahan pangan juga semakin rentan terhadap fluktuasi harga dan gangguan rantai pasok. Jadi, krisis pangan ini bukan cuma masalah satu wilayah, tapi masalah kita bersama.
Indonesia Bergerak
Sebagai negara agraris, Indonesia terus melakukan berbagai upaya untuk memperkuat ketahanan pangan nasional.
Beberapa langkah nyata antara lain:
- Sistem akuaponik — gabungan antara akuakultur dan hidroponik yang bisa menghemat air hingga 90%.
- Program food estate, membuka lahan pertanian berskala besar dengan target hingga 4 juta hektare pada 2029.
- Modernisasi pertanian digital lewat mekanisasi dan inovasi teknologi pangan.
- Pembangunan infrastruktur desa, mulai dari irigasi, listrik, hingga jaringan internet untuk memperkuat rantai produksi.
- Pertanian organik dan lumbung pangan lokal berbasis potensi wilayah.
Selain itu, peran petani perempuan juga makin disorot — karena mereka punya peran besar dalam rantai pasok pangan, dari ladang hingga dapur.
Jangan Lupa Peran Kita
Tapi, ketahanan pangan bukan hanya soal produksi. Pola konsumsi kita juga berpengaruh besar.
Setiap tahun, sekitar 1,3 miliar ton makanan terbuang di seluruh dunia — dan di Indonesia sendiri, lebih dari 23 juta ton makanan terbuang percuma setiap tahunnya.
Padahal, makanan yang terbuang itu bisa memberi makan jutaan orang yang masih hidup dalam kemiskinan. Jadi, mulai dari langkah kecil seperti menghabiskan porsi makan dan tidak berbelanja berlebihan, kita sudah ikut membantu mengurangi food waste.
Bukan Sekadar Hari Peringatan
Teman Voks, Hari Pangan Sedunia bukan cuma soal perayaan — tapi pengingat moral bahwa pangan adalah hak dasar setiap manusia.
Kolaborasi lintas negara, kebijakan yang berpihak, dan inovasi ramah lingkungan jadi kunci untuk memastikan bumi tetap bisa memberi makan bagi generasi selanjutnya.
Dengan bergandengan tangan, kita bisa membangun masa depan di mana tidak ada lagi yang kelaparan — di mana setiap meja makan terisi, dan setiap orang punya kesempatan untuk hidup sehat dan sejahtera.