Gunung Semeru Kembali Erupsi: Kolom Abu 1.000 Meter, Lava Pijar Mengalir
Teman Voks, aktivitas vulkanik Gunung Semeru kembali meningkat pada Senin malam. Gunung tertinggi di Pulau Jawa ini memunculkan erupsi disertai lontaran abu mencapai 1.000 meter di atas puncak, lengkap dengan luncuran lava pijar yang terlihat jelas dari pos pemantauan.
Kabar ini datang dari Pos Pengamatan Gunung Semeru di Lumajang yang mencatat kejadian tersebut pada pukul 21.24 WIB. Aktivitas vulkanik ini menjadi pengingat bahwa Semeru masih berada pada status Siaga (Level III), sehingga kewaspadaan masyarakat perlu terus dijaga.
Erupsi Semeru Malam Hari: Kolom Abu Menjulang 1.000 Meter
Dalam laporan tertulis yang diterima, Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru, Mukdas Sofian, menyebutkan bahwa kolom letusan teramati setinggi sekitar 1.000 meter di atas puncak atau mencapai 4.676 meter di atas permukaan laut. Abu vulkanik dengan warna putih hingga kelabu terlihat cukup tebal dan terbawa angin ke arah barat daya.
Erupsi ini juga terekam jelas melalui seismograf, dengan amplitudo maksimum 22 mm dan durasi 182 detik. Angka ini menunjukkan bahwa aktivitas internal Semeru masih cukup tinggi.
Teman Voks yang mengikuti perkembangan Semeru mungkin sudah tidak asing dengan pola erupsi periodik seperti ini, terutama dalam beberapa tahun terakhir. Namun, catatan aktivitas kali ini menunjukkan intensitas yang tetap perlu diperhatikan.
Lava Pijar Mengalir dari Puncak
Selain kolom abu, Pos Pengamatan juga melaporkan adanya guguran lava pijar dari arah puncak. Kilauan api terlihat meluncur menuruni lereng gunung, terutama ke arah tenggara.
Fenomena ini merupakan indikasi adanya suplai magma baru dari dalam tubuh gunung. Meskipun bukan hal baru bagi Semeru, aktivitas seperti ini tetap berpotensi memicu awan panas guguran jika material lava runtuh dalam jumlah besar.
Bagi warga setempat, pantulan cahaya merah dari lava pijar di langit malam menjadi tanda bahaya yang sudah sangat dikenal.
Status Tetap di Level III: Apa Artinya untuk Warga?
Gunung Semeru masih ditetapkan berada pada Level III atau Siaga. Status ini menunjukkan bahwa potensi erupsi lebih besar masih mungkin terjadi sewaktu-waktu.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memberikan sejumlah rekomendasi penting yang harus diikuti oleh masyarakat sekitar. Teman Voks yang tinggal di kawasan rawan bencana atau memiliki kerabat di Lumajang dan sekitarnya, penting untuk mengetahui batas-batas aman berikut ini.
Rekomendasi Resmi PVMBG untuk Kawasan Rawan
PVMBG meminta masyarakat tidak melakukan aktivitas apa pun di sektor tenggara sepanjang Besuk Kobokan dalam radius 13 km dari puncak.
Di luar area tersebut, aktivitas juga dilarang pada jarak 500 meter dari tepi sungai di sepanjang Besuk Kobokan karena wilayah tersebut rawan terkena awan panas maupun aliran lahar yang bisa meluas hingga 17 km.
Selain itu, warga dilarang melakukan aktivitas dalam radius 5 km dari kawah atau puncak. Area ini sangat berbahaya karena berisiko terkena lontaran batu pijar dengan kecepatan tinggi.
Rekomendasi tambahan juga diberikan terkait bahaya sekunder yang sering terjadi setelah erupsi besar, seperti:
-
Awan panas guguran (APG)
-
Guguran lava
-
Aliran lahar hujan
Sungai-sungai yang berhulu di puncak Semeru termasuk Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat disebut sebagai jalur paling rawan. Bahkan anak-anak sungai kecil yang bermuara ke Besuk Kobokan juga memiliki risiko lahar yang bisa muncul saat hujan deras.
Semeru dan Siklus Aktivitasnya
Gunung Semeru dikenal sebagai gunung api yang aktif dengan siklus erupsi yang relatif sering. Aktivitas episodik berupa letusan abu dan guguran lava sudah menjadi karakter Semeru sejak lama. Namun, status Siaga yang masih dipertahankan menunjukkan bahwa aktivitasnya belum mencapai fase tenang.
Bagi masyarakat yang tinggal di sekitarnya, memahami pola dan rekomendasi ini menjadi bagian penting untuk meminimalisir risiko saat aktivitas meningkat.
Kewaspadaan yang Tetap Harus Dijaga
Teman Voks, erupsi Semeru kali ini memang tidak menimbulkan dampak besar seperti letusan beberapa tahun lalu, tetapi peningkatan aktivitas tetap tidak boleh dianggap sepele. Ancaman awan panas dan aliran lahar bisa muncul secara tiba-tiba.
Di tengah cuaca yang tak menentu dan musim hujan yang bisa memperbesar risiko lahar, kewaspadaan harus menjadi prioritas. Pemerintah daerah dan tim pemantauan akan terus menginformasikan perkembangan terbaru, namun keselamatan tetap berada di tangan masyarakat untuk mematuhi batas aman yang telah ditentukan.