Ernest Prakasa Menyebut Buku Sebagai Alat Melawan Kebodohan

Ernest Prakasa Menyebut Buku Sebagai Alat Melawan Kebodohan

Komika sekaligus sutradara terkenal Ernest Prakasa menegaskan bahwa selain menjadi media hiburan, buku adalah alat utama untuk melawan kebodohan. Dalam ungkapan singkat itu, ia memberi penegasan bahwa membaca merupakan tindakan kritikal untuk mencerahkan pemikiran, sebuah cara ampuh untuk membebaskan diri dari keterbatasan pengetahuan dan pemahaman yang dangkal.

 

Baca Juga Tentang : Orang Indonesia Lebih Suka Podcast Video, YouTube Jadi Raja Platform

 

Buku bisa dianggap sebagai gudang akal dan akumulasi gagasan, melaluinya, manusia bisa belajar dari pengalaman masa lalu, memahami kompleksitas dunia, dan menghindari pengulangan kesalahan sejarah. Seperti yang diingatkan oleh penulis Prilia Resa, “Membaca … berarti tengah melawan sesat pikir. Artinya membaca adalah untuk merdeka dari kebodohan, kebebalan, dan pikiran yang sempit”.

Indonesia tercatat memiliki tingkat minat baca yang sangat rendah. Berdasarkan data UNESCO yang dikutip oleh situs literasi, hanya 0,001% masyarakat yang aktif membaca, artinya, dari 1.000 orang, hanya satu yang gemar membaca. Kondisi ini jadi sorotan krusial, karena bila budaya baca tidak diperkuat, penyebaran kebodohan dan misinformasi justru kian marak.

Buku bukan hanya kumpulan kata, ia adalah wadah gagasan yang menumbuhkan refleksi kritis pembaca. Di tengah derasnya arus informasi digital, Ernest menekankan pentingnya media ini sebagai sumber yang memiliki kedalaman dan dapat dipegang. Seperti yang dilontarkan tokoh penulis Dimas Rajayaksa, “Dengan buku itulah kami dapat bebas dari penjara kebodohan. Dengan buku itulah kami dapat berupaya membangun istana pengetahuan…”.

Kontrol terhadap buku pernah menjadi cara represif aparat untuk mengekang pemikiran. Sejarawan mencatat bagaimana di era kolonial maupun Orde Baru, buku-buku tertentu, seperti karya Pramoedya Ananta Toer, dilarang beredar dan bahkan dimusnahkan karena dianggap ancaman ideologis. Ini membuktikan bahwa buku adalah medium berbahaya. Bahkan, kekuatan buku yang mengedit pikiran bisa menggerogoti kekuasaan yang tak adil.

Sebagai komedian, Ernest sering menggunakan seni sebagai refleksi sosial. Wajar saja, bagi dia, buku juga merupakan medium perjuangan, cara yang elegan dan efektif untuk menyemai wawasan, menarik kesadaran, dan mendorong masyarakat keluar dari kemapanan kebodohan. Ini sejalan dengan pandangan bahwa seniman, termasuk komika adalah “suara akal sehat”, berperan sebagai katalisator pemikiran kritis.

Di ranah publik, diskusi soal mahalnya buku dan rendahnya minat baca masih hangat diperbincangkan. Banyak warganet menyayangkan bahwa minat baca tidak sejalan dengan harga buku yang tinggi, sehingga akses terhadap karya intelektual menjadi terbatas.

Komentar dari pembaca lainnya menggaris bawahi bahwa buku hanya alat, efektivitasnya tergantung pada bagaimana kita memanfaatkannya: membaca tanpa berpikir kritis tidak cukup; yang utama adalah bagaimana ide dari buku diaplikasikan dalam tindakan nyata.

Ernest Prakasa, melalui pernyataannya, memposisikan buku sebagai alat revolusioner. Alat perlawanan terhadap kebodohan dan introspeksi kolektif. Dengan budaya baca yang semakin tergerus, penting bagi kita semua, pendidik, pembuat kebijakan, keluarga, komunitas untuk menumbuhkan kembali cinta terhadap buku, memastikan bahwa karya dan gagasan bermutu tersedia dan dapat diakses oleh semua kalangan.

Tanpa buku, masyarakat mudah terombang-ambing disinformasi dan dogma. Dengan buku, kita menanam kecerdasan, kebebasan berpikir, dan harapan akan kemajuan peradaban.

 

Source : Antara News

Penulis : Angela Augustine William

#VOKS UPDATE

#STREAMING

VOKS Radio
Memuat lagu...
Volume: 100%
🔄 Buffering...

#GET NOW

#VOKS UPDATE

20250828_104733
Ernest Prakasa Menyebut Buku Sebagai Alat Melawan Kebodohan
IMG_5171
Pemprov DKI Pastikan Pemulihan Fasilitas Publik Pasca Demo di Depan DPR
pexels-olly-3794188
Orang Indonesia Lebih Suka Podcast Video, YouTube Jadi Raja Platform
imunisasi-untuk-mencegah-klb-campak-di-sumenep-2608441
Campak Lebih Menular Dibanding COVID-19 Sehingga Anak Perlu Imunisasi
komite-transformasi-digital_1
Lewat GovTech AI, Pemerintah Targetkan Digitalisasi Layanan Lebih Cepat

#ADVERTISE