Dari Redmond ke Gaza: Aksi Protes Karyawan Microsoft dan Google Lawan Kontrak dengan Israel

Dari Redmond ke Gaza: Aksi Protes Karyawan Microsoft dan Google Lawan Kontrak dengan Israel

Suara dari dalam kantor raksasa teknologi yang mengguncang percakapan global

Teman Voks, dunia teknologi lagi-lagi diguncang isu serius. Bukan soal peluncuran produk baru atau kecanggihan AI, melainkan tentang perlawanan dari dalam tubuh perusahaan itu sendiri. Kali ini, sorotan jatuh ke kantor pusat Microsoft di Redmond, Amerika Serikat. Sekelompok demonstran yang tergabung dalam kelompok “No Azure for Apartheid” nekat menyerbu gedung megah tersebut pada Senin (25/8). Mereka bahkan berhasil menerobos hingga ke ruang kerja Presiden Microsoft, Brad Smith, di Gedung 34.

 

Baca Juga Tentang : Jembatan Ngarai Besar Huajiang: Retakan Bumi yang Kini Tersambung

 

Bukan sekadar unjuk rasa biasa, aksi ini jadi perhatian besar karena membawa pesan keras: protes terhadap kontrak Microsoft dengan Israel yang dituding mendukung genosida di Gaza. Suara-suara lantang terdengar, spanduk dikibarkan, dan teriakan “Brad Smith, kau tidak bisa bersembunyi, kau mendukung genosida!” menggema di lorong kantor pusat perusahaan teknologi raksasa itu.

Protes yang Disiarkan Langsung

Beda dengan demonstrasi jalanan yang sering kita lihat, aksi kali ini lebih “modern”. Para demonstran menyiarkan secara langsung aksi duduk mereka lewat Twitch. Dunia maya jadi saksi bagaimana sekelompok orang, termasuk karyawan aktif dan mantan karyawan Microsoft, menggelar protes dengan keberanian luar biasa.

Mereka bahkan mengunggah tiruan surat panggilan pengadilan yang mendakwa Brad Smith melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan. Gerakan ini terasa begitu simbolis, seolah menegaskan bahwa para pekerja tidak hanya sekadar menekan tombol komputer di balik layar, tapi juga punya sikap terhadap kebijakan perusahaan yang mereka anggap bermasalah.

Menurut laporan TechCrunch, aksi ini menjadi eskalasi terbaru dari rangkaian protes yang sudah berlangsung berbulan-bulan terkait kontrak komputasi awan Microsoft dengan Israel. Kontrak tersebut dituding melanjutkan praktik pengawasan massal dan turut memperkuat agresi terhadap rakyat Palestina di Gaza.

Sorotan Investigasi

Tidak berhenti di situ, hasil investigasi The Guardian menambah lapisan lain pada isu ini. Media asal Inggris itu mengungkap bahwa Israel menggunakan layanan Microsoft untuk menyimpan data jutaan panggilan telepon harian dari warga Palestina di Gaza dan Tepi Barat. Bayangkan, data percakapan sehari-hari masyarakat sipil bisa saja dijadikan bahan intelijen untuk operasi militer.

Bagi banyak aktivis dan karyawan yang kritis, fakta ini tidak bisa diterima begitu saja. Mereka melihat keterlibatan perusahaan teknologi global dalam konflik tersebut sebagai bentuk pembiaran, bahkan dukungan tidak langsung terhadap kekerasan yang sedang berlangsung.

Jejak Google dan Proyek Nimbus

Kalau Teman Voks merasa déjà vu, itu wajar. Sebab, kisah serupa pernah muncul lebih dari setahun lalu dengan Google. Pada April 2024, sembilan karyawan Google menggelar aksi protes di New York dan California. Mereka nekat menduduki ruang kerja CEO Google Cloud, Thomas Kurian, selama sembilan jam.

Tuntutan mereka jelas: hentikan Project Nimbus, proyek senilai 1,2 miliar dolar AS yang melibatkan Google dan Amazon. Proyek itu menyediakan layanan komputasi awan serta perangkat AI untuk pemerintah dan militer Israel. Para pengunjuk rasa menulis pesan protes di papan tulis, mengenakan kaus bertuliskan “Googler melawan genosida”, dan menyiarkan langsung aksi duduk mereka di Twitch.

Hasilnya? Tiga hari kemudian, sebanyak 28 karyawan yang terlibat dipecat. Aksi keras itu meninggalkan jejak pahit, tapi juga menunjukkan bahwa suara kritis bisa muncul bahkan dari balik dinding kantor perusahaan teknologi terbesar di dunia.

Dari Kantor ke Percakapan Global

Yang menarik, Teman Voks, aksi-aksi seperti ini tidak bisa dianggap sepele. Mereka memperlihatkan adanya benturan nilai antara bisnis raksasa teknologi dengan nurani pekerja yang menjalankan mesin perusahaan itu.

Bagi sebagian orang, perusahaan teknologi hanyalah penyedia layanan dan perangkat lunak. Namun, dalam dunia yang semakin terkoneksi, peran mereka bisa jauh lebih besar, termasuk dalam konflik geopolitik. Kontrak bernilai miliaran dolar dengan pemerintah atau militer bisa berdampak langsung pada kehidupan jutaan orang di belahan dunia lain.

Apa yang terjadi di Redmond dan sebelumnya di kantor Google adalah cermin bahwa karyawan pun punya suara, bahkan ketika berhadapan dengan perusahaan raksasa yang mereka bantu bangun.

Gelombang Baru Aktivisme Digital

Kalau dulu protes sering identik dengan jalanan, spanduk, dan megafon, kini bentuknya mulai bergeser. Aktivisme digital bukan hanya tentang tagar atau postingan media sosial, tapi juga aksi langsung yang disiarkan ke publik secara real time. Twitch, yang biasanya dipakai untuk siaran gim, kini jadi medium menyebarkan suara politik dari dalam kantor perusahaan teknologi.

Fenomena ini bisa jadi pertanda bahwa batas antara pekerja, aktivis, dan warga dunia kian kabur. Seseorang bisa saja seorang software engineer di pagi hari, lalu menjadi aktivis hak asasi manusia di sore hari, tanpa harus melepas identitasnya sebagai bagian dari keduanya.

Apa Selanjutnya?

Pertanyaan terbesar adalah, akankah protes ini membawa perubahan nyata? Sejarah menunjukkan bahwa perusahaan teknologi sering kali mengambil langkah keras terhadap karyawan yang melawan kebijakan internal. Namun, gelombang perlawanan dari dalam ini tidak mudah dipadamkan.

Setiap aksi yang disiarkan, setiap suara yang terdengar, menambah tekanan moral kepada perusahaan untuk mempertimbangkan ulang langkah mereka. Apalagi di era keterbukaan informasi, publik makin kritis menilai posisi perusahaan terhadap isu kemanusiaan.

Bagi Teman Voks, cerita ini mungkin terasa jauh, karena terjadi ribuan kilometer dari Bandung. Tapi dampaknya nyata. Layanan digital yang kita pakai sehari-hari bisa jadi punya jejak dalam konflik global. Pertanyaannya, apakah kita hanya akan diam, atau ikut menaruh perhatian pada bagaimana teknologi digunakan, dan untuk siapa teknologi itu berpihak?

 

Source : Antara News

#VOKS UPDATE

#STREAMING

VOKS Radio
Memuat lagu...
Volume: 100%
🔄 Buffering...

#GET NOW

#VOKS UPDATE

komite-transformasi-digital_1
Lewat GovTech AI, Pemerintah Targetkan Digitalisasi Layanan Lebih Cepat
IMG-20250827-WA0098
Pemkot Jaktim Gandeng Puskesmas dan PKK untuk Perkuat Pemantauan Gizi Anak
Pak Dedi Source Kompas
Jawa Barat Catat Kasus DBD Tertinggi, Gubernur Dedi Mulyadi Perkuat Upaya Pencegahan
images_-5-fecFf6lWh-transformed
Dari Redmond ke Gaza: Aksi Protes Karyawan Microsoft dan Google Lawan Kontrak dengan Israel
aksi-25-agustus-2025-2607437
Mobil ASN Kementerian Dirusak Pendemo, Korban Lapor Polisi.

#ADVERTISE