Bahaya Mikroplastik dari Sampah Pakaian Mengancam Sungai dan Ekosistem Indonesia
Teman Voks, isu mikroplastik kembali jadi sorotan. Peneliti Ecological Observation and Wetland Conservations (ECOTON) Rafika Aprilianti mengingatkan bahwa sampah pakaianāyang mungkin terlihat sepeleāternyata menjadi salah satu sumber pencemaran sungai yang paling berbahaya.
Menurut Rafika, mikroplastik dari pakaian bukan hanya berbahaya karena bahan kimianya seperti ftalat dan BPA yang dikenal sebagai pengganggu hormon. Mikroplastik ini juga berperan seperti magnet, menyerap racun lain seperti pestisida hingga logam berat yang berada di aliran sungai.
āKetika organisme air menelan mikroplastik, racun-racun ini masuk ke tubuh mereka dan dapat menyebabkan kerusakan organ, gangguan reproduksi, serta menurunkan populasi ikan endemik,ā ujarnya kepada ANTARA, Senin.
Jika polusi pewarna pakaian dan mikroplastik semakin mendominasi, fungsi sungai sebagai sumber air bersih bisa hilang. Ekosistem pun terancam, mulai dari plankton hingga ikan-ikan lokal yang menopang rantai makanan.
Rafika menyebut bahan sintetis seperti polyester, nylon, dan spandex sebagai kontributor terbesar pencemaran mikroplastik dari sampah pakaian. Karena itu, ia mendorong masyarakat untuk mulai mengurangi penggunaan fast fashion dan lebih bijak dalam memilih pakaian.
Solusinya? Rafika menyarankan untuk mengandalkan mix and match dengan pakaian yang sudah ada, menyumbangkan baju yang tak terpakai, atau mengikuti program tukar pakaian agar pakaian tidak berakhir menjadi sampah. Ia juga merekomendasikan memilih pakaian dengan serat alami yang lebih tinggi agar pelepasan mikroplastik ke lingkungan semakin berkurang.
Penelitian terbaru juga memperkuat kekhawatiran ini. Peneliti BRIN, Muhammad Reza Cordova, mengungkapkan bahwa sejak 2022, mikroplastik ditemukan di setiap sampel air hujan di Jakarta. Partikelnya berasal dari serat pakaian sintetis, debu kendaraan, ban, pembakaran sampah plastik, hingga degradasi plastik di ruang terbuka.
Dalam penelitian itu, ditemukan rata-rata 15 partikel mikroplastik per meter persegi per hari pada sampel air hujan di kawasan pesisir Jakarta. Reza menjelaskan bahwa partikel tersebut terbawa angin dan turun kembali bersama air hujanāmenandakan bahwa siklus plastik kini telah mencapai atmosfer.
Teman Voks, ancaman ini nyata. Jika ingin menahan laju polusi mikroplastik, langkah awalnya sederhana: minimalkan penggunaan produk berbahan plastik dan bijak dalam mengonsumsi fashion. Karena pada akhirnya, menjaga sungai berarti menjaga hidup kita sendiri.