Pemerintah Lestarikan Musik Keroncong Lewat Gelaran Svarnanusa

Pemerintah Lestarikan Musik Keroncong Lewat Gelaran Svarnanusa

Musik keroncong, sebuah genre klasik yang telah mengakar dalam budaya Indonesia sejak lama, kembali mendapat sorotan serius dari pemerintah lewat helatan budaya bertajuk Keroncong Svarnanusa 2025.

Kegiatan ini digelar di Kota Blitar, Jawa Timur, sebagai bagian dari strategi Kementerian Kebudayaan untuk menjaga dan menghidupkan kembali suara-suara pra-modern yang memiliki nilai sejarah serta identitas bangsa.

Melalui kolaborasi dengan Pemerintah Kota Blitar dan Yayasan Svara Irama Nusantara, Svarnanusa berfungsi lebih dari sekadar pertunjukan seni, ia adalah jembatan antara masa lalu dan masa kini, sekaligus ruang eksplorasi budaya bagi generasi muda.

Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, menyatakan bahwa Kota Blitar dipilih sebagai tuan rumah bukan tanpa alasan. Blitar dianggap sebagai kota dengan semangat proklamasi dan perjuangan yang kuat, yang menurut Menteri sangat relevan dengan karakter musik keroncong yang juga lahir dari akulturasi dan sejarah panjang bangsa.

Dalam pidatonya, Fadli Zon mengatakan bahwa keroncong telah melalui transformasi yang panjang sejak abad ke-16, dan tetap hidup hingga saat ini bukan hanya karena nostalgia, tetapi karena kekayaan budayanya. Lagu-lagu keroncong, irama mandolin, biola, gitar, dan melodi vokal yang lembut menjadi harmoni yang khas Indonesia.

Dalam acara Svarnanusa, panggung utama dimeriahkan oleh musisi keroncong kenamaan yang telah berpengalaman membawakan genre ini di berbagai kesempatan. Nama-nama seperti Orkestra Svaranusa, Endah Laras, Is Pusakata, Silvi Kumalasari, serta grup dari Patria Irama Blitar tampil dengan sajian khas mereka.

 

Kamu bisa baca juga: Sejumlah Festival Film Diadakan Di Indonesia Pada Bulan September

 

Tak hanya dari Jawa Timur, grup keroncong Pelakor Makassar dan Gita Abadi dari Tulungagung turut memberikan warna, memperlihatkan bahwa minat terhadap keroncong tidak terbatas secara geografis. Kehadiran musisi lokal dan maestro ini di panggung Svarnanusa menjadi saksi hidup bahwa keroncong masih memiliki pendengar yang setia dan seniman yang peduli akan kelestariannya.

Lebih dari sekadar pentas musik, Svarnanusa dirancang sebagai ruang untuk eksplorasi dan inovasi dalam musik keroncong. Pemerintah melalui Kementerian Kebudayaan ingin agar warisan budaya ini tidak hanya dipertahankan dalam bentuknya yang tradisional, tetapi juga diperkaya melalui sentuhan kreatif: aransemen baru, kolaborasi lintas genre, dan modernisasi cara penyajian tanpa kehilangan jiwa dan karakter asli keroncong.

Fadli Zon menyebut bahwa musik keroncong bisa menjadi bagian dari industri budaya kreatif yang memberi peluang ekonomi sekaligus menjaga identitas.

Upaya pelestarian keroncong ini juga berakar pada tuntutan konstitusi. Pasal 32 Ayat 1 UUD 1945 mendorong pemerintah untuk memajukan kebudayaan nasional. Svarnanusa, menurut Menteri, adalah implementasi nyata dari amanat tersebut.

Pemerintah melihat bahwa jika budaya diabaikan, identitas nasional bisa memudar. Melainkan bila budaya dijaga dan diberdayakan, ia akan menjadi kekuatan dalam diplomasi budaya dan penguatan ekonomi budaya nasional. Fadli Zon menekankan bahwa budaya Indonesia bukan hanya identitas tapi “treasure”, harta karun yang harus dijaga bersama.

Generasi muda menjadi target penting dari misi ini. Melalui pertunjukan keroncong di Blitar, diharapkan kesadaran atas nilai luhur keroncong berkembang lebih luas dalam kalangan anak muda, yang mungkin lebih familiar dengan musik populer dan digital.

Eksposur terhadap seni tradisi seperti keroncong bisa menumbuhkan rasa bangga terhadap budaya sendiri, serta mendorong kreativitas lokal untuk menggunakan akar budaya dalam bentuk ekspresi kontemporer. Hal ini menjadi bagian dari strategi agar budaya tidak sekadar warisan yang diam di buku, tetapi tetap hidup.

Panggung Svarnanusa juga menjadi ajang apresiasi terhadap maestro dan grup keroncong yang selama ini menjaga kelangsungan genre tersebut. Lewat pertunjukan langsung, pendengar bisa melihat kualitas suara, ketepatan teknik, dan keintiman musik yang seringkali hilang bila hanya dikonsumsi lewat rekaman digital.

Kehadiran musisi kulit keroncong asli juga memberi legitimasi bahwa warisan leluhur tetap dihormati. Inovasi dan interpretasi baru pun diperbolehkan, selama tidak menggerogoti unsur tradisi yang menjadi akar keroncong.

Kolaborasi lintas sektor menjadi unsur penting agar pelestarian ini berjalan berkelanjutan. Pemerintah daerah, komunitas budaya, yayasan, seniman, serta institusi pendidikan diminta ikut bekerja sama. Pemerintah kota Blitar dan Yayasan Svara Irama Nusantara sebagai penyelenggara utama menunjukkan bahwa kegiatan budaya ini bukan semata kegiatan seremonial, melainkan usaha sistemik yang memerlukan dukungan dari berbagai pihak agar dampak budaya, sosial, dan ekonomi benar-benar terasa.

Masyarakat diajak bukan hanya sebagai penonton, tetapi juga sebagai pelaku: belajar memainkan alat musik keroncong, memahami sejarahnya, bahkan melakukan pertunjukan bersama.

Di tengah era digital ketika musik dikonsumsi lewat streaming dan media sosial, keroncong pun menghadapi tantangan tersendiri, bagaimana mempertahankan keaslian suara saat harus bersaing dengan format populer dan tren modern.

Svarnanusa menantang musisi untuk kreatif tanpa kehilangan esensi: memilih lagu-lagu klasik keroncong, orchestrasi tradisional, pilihan lirik yang mencerminkan nilai budaya. Pada saat bersamaan, ada ruang untuk adaptasi visual dan produksi agar pertunjukan menarik bagi publik masa kini tanpa mengaburkan karakter keroncong.

Secara keseluruhan, Svarnanusa adalah langkah strategis dalam pelestarian musik keroncong di Indonesia. Ia bukan sekadar konser budaya biasa, tetapi sebuah inisiatif yang menggabungkan kebanggaan sejarah, identitas musik, inovasi kreatif, dan misi edukatif.

Pemerintah berharap agar suara keroncong terus bergema, bukan hanya di panggung festival, tetapi di ruang-ruang komunitas, generasi mudanya, dan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Dengan demikian, keroncong tidak hanya menjadi bagian dari masa lalu yang indah, tapi juga bagian dari masa depan yang hidup.

Source : Antara News

Penulis : Angela Augustine W.

#VOKS UPDATE

#STREAMING

VOKS Radio
Memuat lagu...
Volume: 100%
🔄 Buffering...

#GET NOW

#VOKS UPDATE

pexels-jeremy-wong-382920-1043902
Aturan Baru Singapura: Freelancer Kreatif Asing Wajib Waspada
852bda69-fdd9-498d-a3e4-b9c5242be194
Pemerintah Lestarikan Musik Keroncong Lewat Gelaran Svarnanusa
LG9_8509
Marc Marquez Juara GP San Marino, Selangkah Lagi Kunci Gelar Dunia
cukai-minuman-manis-belum-berlaku-5
Studi: Pemanis Buatan Bisa Percepat Penuaan Otak
Medsos
Psikolog: Ubah Mindset Agar Tak Terjebak FOMO Saat Berhenti Dari Media Sosial

#ADVERTISE