Pertunjukan Musikal Jadi Penggerak Ekraf dan Advokasi Isu Sosial

Pertunjukan Musikal Jadi Penggerak Ekraf dan Advokasi Isu Sosial

 

Pertunjukan musikal telah lama menjadi wahana ekspresi seni yang menggabungkan elemen drama, musik, dan teater. Dalam beberapa tahun terakhir, pertunjukan semacam ini tidak lagi sekadar hiburan. Kini, musikal turut memainkan peran penting sebagai penggerak ekonomi kreatif (ekraf) sekaligus alat advokasi untuk menyuarakan persoalan sosial.

Di tengah semangat kolaborasi dan inovasi, pertunjukan musikal seperti “Petualangan Sherina” menjadi bukti nyata kekuatan musik panggung sebagai produk ekonomi kreatif yang memberi dampak luas, baik secara ekonomi maupun sosial. Wamenekraf Irene Umar bahkan menyebut pertunjukan semacam ini sebagai “harta karun” kekayaan intelektual Indonesia.

Adaptasi panggung dari film legendaris “Petualangan Sherina” bukan hanya revitalisasi nostalgia. Ia merupakan contoh konkret bagaimana karya klasik dapat dilahirkan kembali dengan cara yang relevan dan segar. Penampilan yang melibatkan kolaborasi antara perancang panggung, sinematografi, tata artistik, aransemen musik modern, serta tim produksi multidisiplin seperti teknisi dan kru, menegaskan bahwa pertunjukan musikal adalah industri kreatif yang berkelanjutan.

Dalam perspektif ekonomi kreatif, subsektor musik dan pertunjukan telah terbukti mampu menyerap tenaga kerja kreatif dalam jumlah besar. Menteri Ekraf Teuku Riefky Harsya pernah menyampaikan, lewat pertunjukan konser bahkan satu grup musik saja bisa memberdayakan banyak pelaku kreatif lainnya, mulai dari pengiring panggung hingga promotor, teknisi, dan penyedia jasa lain.

Ini menunjukkan bahwa pertunjukan musikal menjadi mesin ekonomi yang secara langsung menciptakan lapangan kerja dan turut memicu sektor lainnya seperti fesyen, kuliner, maupun kriya lokal.

 

Baca Juga Tentang: KPop Demon Hunters Geser Squid Game, Jadi Konten Paling Banyak Ditonton di Netflix

 

Dari sisi advokasi, pertunjukan musikal juga tak kalah relevan. Musikal yang mengangkat isu sosial mampu menyentuh emosi dan pikiran penonton lebih dalam ketimbang media biasa. Misalnya, pertunjukan musikal “Perempuan Punya Cerita” karya Eki Dance Company menggambarkan perjuangan hidup perempuan menghadapi ketidakadilan dan tekanan sosial. Lewat dua cerita fiktif yang dibawakan secara teaterikal, isu seputar gender, marginalisasi, dan eksklusi sosial dikemas dalam gaya visual dan naratif yang kuat dan empatik.

Selain itu, musikal lain seperti “TARIAKAN” oleh komunitas Cerita Beda Hak Sama (CBHS) juga menggunakan medium ini sebagai corong perjuangan rakyat. Diselenggarakan bertepatan dengan Hari Buruh Internasional, TARIAKAN mengeksplorasi dialog sosial dan identitas rakyat dalam setelan musikal di Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki. Sentuhan musik dan tarian dalam konteks perjuangan tersebut memperkuat pesan sosial yang disampaikan dan meningkatkan empati dalam penonton yang hadir.

Pendekatan kolaboratif lintas sektor juga menjadi identitas khas produk musikal sebagai instrumen ekonomi kreatif. Dalam mengapresiasi “Petualangan Sherina”, Wamenekraf Irene Umar menyebut bagaimana pertunjukan ini lahir dari kerja sama heksahhelix.

Melibatkan pelaku seni, komunitas, dan dunia usaha. Kepedulian dan kolaborasi semacam ini, menurutnya, menunjukkan kekayaan potensi pertunjukan musikal sebagai kawasan tanpa batas ego sektoral, dan menegaskan nilai inklusivitas kreativitas Indonesia.

Tak hanya itu, pertunjukan musikal secara kultural juga berfungsi sebagai perekat identitas bangsa. Wamenekraf memberikan apresiasi terhadap pertunjukan budaya besar seperti Pagelaran “Hikayat Nusantara” yang melibatkan lebih dari 1.500 seniman dari Sabang sampai Merauke. Dalam pentas ini, teater, tarian daerah, orkestra, hingga busana etnik digarap sebagai satu karya kolaboratif yang menegaskan keragaman dan persatuan melalui seni pertunjukan.

Upaya pemerintah dalam memperkuat ekosistem pertunjukan musikal terlihat jelas melalui dukungannya terhadap Festival Musikal Indonesia yang diselenggarakan Kemendikbudristek.

Festival ini bukan hanya sekadar panggung, namun menjadi ruang aksi yang memprioritaskan seniman baru, penonton, dan stakeholder terkait untuk saling terlibat dalam membangun industri teater musikal yang sehat dan merata.

Secara keseluruhan, perkembangan pertunjukan musikal membuktikan bahwa kreativitas seni pertunjukan dapat menjelma menjadi agen multiperan: menciptakan nilai ekonomi, mengadvokasi isu sosial, memperkuat kohesi budaya, sekaligus membangun ekosistem kolaboratif.

Saat pertunjukan musikal merangkul semua unsur ini, mereka tidak hanya menjadi hiburan, melainkan wahana transformatif bagi masyarakat dan industri kreatif Indonesia. Dengan dukungan berkelanjutan dari pemerintah, komunitas, serta sektor swasta, musikal bisa terus menjadi penggerak utama ekonomi kreatif dan medium kuat untuk refleksi sosial ke depan.

Source : Antara News

Penulis : Angela Augustine William

#VOKS UPDATE

#STREAMING

VOKS Radio
Memuat lagu...
Volume: 100%
🔄 Buffering...

#GET NOW

#VOKS UPDATE

InShot_20250808_182734089
Dari Know You Naked ke Last Forever, LANY Buka Babak Baru di Album Soft
1000203753
Golden Swirl Awards 2025: Dorong Dessert Indonesia Menuju Pasar Global
IMG_4698
Reza Rahadian Ungkap Alasan Debut Menjadi Sutradara Film
1000318044
Wamen Bima Arya Ikut Ronda Bersama Wali Kota Bandung
launching 9 BABE IBU (1)
Sanga Sanga Luncurkan Produk Baru Travel Size 30ml pada 9 September 2025

#ADVERTISE