Sivitas UNJ Gelar “Seruan Moral Rawamangun” Tanggapi Situasi Bangsa.
Sivitas akademika Universitas Negeri Jakarta (UNJ) menyelenggarakan kegiatan bertajuk “Seruan Moral Rawamangun” pada Senin, 1 September 2025, di Plaza UNJ. Inisiatif ini muncul sebagai respons atas situasi kebangsaan yang tengah menghadapi ketegangan politik, jatuhnya korban jiwa, sejumlah kerugian sosial, dan kerusakan fasilitas umum. Kegiatan ini digagas sebagai bentuk tanggung jawab moral dan aspiratif sivitas UNJ untuk ikut menenangkan suasana, memperkuat persatuan, dan menyerukan dialog damai.
Acara ini turut dihadiri oleh pimpinan universitas, perwakilan Senat Akademik Universitas (SAU), guru besar, dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa, audiens yang mencerminkan spektrum penuh sivitas akademika. Dalam aksi simbolisnya, peserta mempersembahkan tabur bunga di depan foto dua almarhum, yaitu Affan Kurniawan dan Reza Sendy Pratama, sebagai bentuk penghormatan dan doa bersama bagi para korban.
Baca Juga Tentang: Polda Metro Jaya Kerahkan 350 Personel Patroli Keliling Jakarta
Saat memberikan sambutan, Rektor UNJ, Prof. Dr. Komarudin, mengemukakan bahwa “Seruan Moral Rawamangun adalah wujud tanggung jawab sivitas UNJ untuk menjaga persatuan, demokrasi, dan hak asasi manusia.” Pernyataan itu memberikan landasan kuat bahwa dunia akademis tidak hanya sebagai tempat pendidikan tetapi juga agen moral dan penengah dalam konflik nasional.
Dalam “Seruan Moral Rawamangun”, UNJ menyusun tujuh poin sikap yang menggambarkan posisi moral dan harapan mereka terhadap proses demokrasi dan kemanusiaan :
- Duka cita mendalam atas jatuhnya korban jiwa dan luka-luka dalam rangkaian demonstrasi, disertai doa untuk keluarga dan korban. “Semoga para korban yang meninggal dunia memperoleh tempat terbaik di sisi Tuhan Yang Maha Esa, dan keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan dan kekuatan,” ujar Rektor UNJ.
- Penegasan bahwa penyampaian aspirasi adalah hak konstitusional, namun harus dilaksanakan secara damai, bermartabat, beretika, dan sesuai koridor hukum.
- Apresiasi kepada mahasiswa atas partisipasi kritis mereka dalam menyuarakan kebenaran dan keadilan, melalui unjuk rasa yang damai dan tanpa kekerasan, cerminan ideal insan akademis yang peduli masa depan bangsa.
- Dorongan kepada aparat penegak hukum agar berpijak pada pendekatan humanis, menghindari represifitas, dan tidak mudah terprovokasi agar mencegah eskalasi kerusuhan.
- Seruan kepada pemerintah untuk bersikap cepat, tepat, dan adil dalam merespons aspirasi rakyat, serta aktif memberantas korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta menghentikan kebijakan yang tak berpihak pada keadilan.
- Ajakan kepada seluruh elemen bangsa untuk menolak tindakan anarkis, intimidatif, dan provokatif, serta menjaga penggunaan ruang publik tanpa merusak fasilitas milik bersama.
- Imbauan untuk selalu menempatkan kepentingan bangsa di atas individu atau kelompok, menjaga keutuhan NKRI, dan memperkokoh demokrasi berbasis Pancasila.
Pilihan media seruan lewat tabur bunga dan penggalangan moral di kampus mencerminkan suasana kerendahan hati sekaligus kekuatan simbolik. Pemilihan tanggal 1 September, hari mulai semester juga menandai harapan bahwa pendidikan dapat menjadi titik balik untuk menumbuhkan kesadaran sosial dan berpolitik dengan kepala dingin.
Pesan yang disampaikan bukan hanya internal sivitas UNJ, tetapi juga ditujukan ke seluruh rakyat Indonesia. UNJ menghadirkan kampus sebagai ruang refleksi moral dalam masa penuh gejolak.
Tanggapan sivitas UNJ menjadi krusial di kala demonstrasi nasional memunculkan berbagai persoalan keamanan, sosial, dan moral. Institusi pendidikan, khususnya universitas negeri seringkali dianggap netral, namun bukan tanpa peran. Dengan “Seruan Moral Rawamangun”, UNJ tampil sebagai penjaga nilai dan penyalur aspirasi yang menekankan pada ketenangan dan dialog dibanding kekerasan.
Selain itu, pernyataan ini memperkuat pentingnya akademisi dan lembaga pendidikan dalam menjaga keseimbangan antara kebebasan berpendapat dan tanggung jawab sosial. Saat media kerap memanas, pesan damai dari kampus membentang sebagai oase ketenangan.
UNJ berharap bangsa Indonesia diberikan “kekuatan dan kearifan dalam menyelesaikan berbagai persoalan kebangsaan”, seiring perjuangan demokrasi yang sehat dan inklusif. Namun, tantangannya besar: menjaga agar seruan moral tidak hanya berhenti sebagai retorika, melainkan diikuti dengan tindakan nyata dari pemerintah, aparat hukum, dan aktor masyarakat sipil.
“Seruan Moral Rawamangun” oleh sivitas UNJ bukan sekadar bentuk kecaman atau seruan kosong. Melainkan refleksi kolektif atas panggilan moral bagi bangsa yang tengah diuji oleh ketegangan. Dengan tujuh butir posisi moral, UNJ mengajak kita untuk menyalurkan aspirasi secara damai, menghormati kemanusiaan, dan memperkuat demokrasi dengan cinta dan tanggung jawab sebagai jalan menuju rekonsiliasi bangsa yang lebih kokoh dan bijak.
Source : Antara News
Penulis : Angela Augustine William